Rabu, 22 Juni 2011

Ah…….PEREMPUAN……!!!

Jika hari gini perempuan masih mengatahi dirinya sebagai makhluk yang lemah, sebagai perbandingan dari laki-laki maka, berarti trauma masa lampau, kekerasan, perbudakan dan pengekangan masih melekat dalam dirinya, akan tetapi jika ia mengatakan, manusia kesemuanya itu lemah maka, berarti ia benar dan ini adalah pengakuan al-Qur’an “Dan manusia (insan ) adalah makhluk yang lemah”. Insan dalam ayat tersebut melingkupi perempuan dan laki-laki. Perlu diketahui bahwa kuat dan lemah lingkupnya bukan hanya fisik tapi juga yang non fisik.


Kalau kita mau lebih difikir lagi maka, kita akan menjumpai bahwa perempuan mempunyai sisi yang kuat, bahkan melebihi Syetan, yaitu “tipu dayanya”. Di al-Qur’an disebutkan, “Sesuanggunya tipu daya mereka, perempuan sangat besar”, sebagai perbandingan al-Qur’an juga menyebutkan, “Sesungguhnya tipu daya Syetan itu lemah”. Akan tetapi, sisi yang seperti ini bukanlah kebanggangaan buat perempuan, karena bukan sisi yang positif.

Karenanya, “Laki-laki adalah pemimpin” tak bisa anda (baca: perempuan) buat dalih untuk mengatakan laki-laki sebagai makhluk yang kuat, dan mengatai anda sebagai yang lemah, karena kuat, lemah sifatnya masih fleksibel. Kuat yang diarahkan kepada laki-laki tinjauannya juga bukan perindividu, akan tetapi, mayoritas, karena di sana banyak perempuan lebih kuat dari pada laki-laki, karena itu jangan pernah lagi mengatai diri anda sebagai makhluk yang lemah. Dalam sebagian hadis dijelaskan, “Mukmin yang kuat lebih bagus dari pada mukmin yang lemah”. Mukmin bukan berarti khusus laki-laki, tapi, juga mencakup perempuan, jadi tak ada diskriminasi bahasa di sini. Di al-Qur’an banyak kalimat-kalimat yang secara lahir seperti ditujukan hanya pada laki-laki, akan, tetapi cakupannya juga untuk perempuan, misalkan kalimat “mukmin” dalam firman Allah “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang ketika nama Allah disebutkan maka, hati mereka bergitar dan ketika dibacakan padanya ayat-ayat al-Qur’an maka, iman mereka bertambah”. Misalkan juga kalimat “munafik” dalam firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang munafik, mereka ada di deretan paling bawah dari Nerak”. Jadi tak ada diksriminasi.

“pemimpin” juga tak bisa untuk anda buat dalih, karena pemimpin sifatnya kondisional, artinya, perempuan juga bisa untuk menjadi pemimpin. Namun, di tempat yang sesuai dengan fitrahnya, misalkan pemimpin untuk anak-anaknya yang juga mencakap laki-laki dan pemimpin sebagai ibu rumah tangga.

Dalam Islam “pemimpin” juga tak berkuasa secara mutlak, sehingga bisa seenaknya saja, karena pemimpin itu diangkat oleh rakyat dan berhak untuk diturunkan mereka juga, pemimpin juga berhak menerima masukan, saran dan kritik, jadi semuanya aktif. Bagitu juga laki-laki sebagai pemimpin rumah tangga, keberadaannya sebagai pemimpin karena ada ibu yang menjadi pemimpin buat anak-anak dan karena keberadaan anak-anak juga, jadi semuanya aktif.

Kalau anda (baca: perempuan) mengatakan, “Laki-laki itu sempurna” sebagai perbandingan dari diri anda maka, anda salah, karena tak ada yang sempurna kecuali tuhan anda. Rasulullah yang dikenal sebagai makhluk sempurna pun harus mendiskusikan sebagian masalah dengan para sahabatnya, semisal tawanan badar dan ia pun juga mengamini dan mengambil pendapat sahabatnya, Abu Bakar sebagai keputusan hingga akhirnya Allah menegurnya. Rasul terkadang juga lupa sebagai bukti eksistensi dirinya sebagai manusia.

Karenanya sebagai akhiran dari tulisan ini aku mau mengatakan kepada anda (baca: perempuan), “Jika anda masih mengatahi diri anda sebagai makhluk lemah sebagai perbandingan kaum laki-laki maka, berarti anda kurang bersyukur, anda trauma dengan kejadian masa lalu dan anda telah mengutuk diri anda dengan sesuatu yang sebenarnya bukan fitrah anda bukan juga takdir anda”....

By. Shanhaji Al-Dhahiry….lagi berkicau gak jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar